“Film Wahyu: Perjalanan Kontroversial Karya Sineas Universitas Jember yang Berprestasi di IMAC 2025”

Jakarta – Film Wahyu, yang disutradarai oleh Nada Leo Prakasa, berhasil mencuri perhatian di ajang IMAC (ILUNI UI Movie Award Competition) 2025. Film ini tayang di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 15 Februari 2025 dan mendapat apresiasi besar dari berbagai pihak.

Wahyu, seorang remaja yang memiliki kelainan seksual, menjadi santri baru di pesantren tersebut untuk memuaskan hasrat seksualnya terhadap santri sesama jenis di pesantren tersebut, namun suatu hari, tanpa sengaja seorang santri tunarungu bernama Cholis mengetahui perbuatan Wahyu dan ingin mencegah tindakannya. Dengan premis yang berani dan narasi penuh ketegangan, cerita dalam film Wahyu menghadirkan cerita yang kontroversial dan kompleks, mengangkat isu moral serta dilema sosial di lingkungan pesantren. Konflik antara keinginan pribadi dan nilai-nilai agama menciptakan ketegangan yang kuat, dan dieksekusi dengan baik dan mendalam. Keberhasilan film ini menjadi kebanggaan bagi Program Studi Televisi dan Film Universitas Jember. Dukungan dari Himpunan Mahasiswa Televisi dan Film (HIMAFISI) juga turut berperan dalam lahirnya karya-karya inspiratif dari para sineas muda Universitas Jember.

Dari 246 film yang diajukan ke IMAC Film Festival 2025, Wahyu berhasil masuk dalam daftar 10 film Official Selection kategori Fiksi Umum dan menjadi salah satu dari 5 nominasi terbaik di kategori yang sama. Film ini bersaing dengan beberapa karya unggulan lainnya, termasuk Jalan Jauh dari Rumah karya Very Cahyadi, yang juga merupakan produksi mahasiswa Universitas Jember. Kurasi film dilakukan oleh Firda F. Nisa, Della Kartika, dan Vandy Woo, sementara jajaran juri yang menilai adalah Eric Sasono, Putri Ayudya, dan Wregas Bhanuteja.

Selain pemutaran film, IMAC Film Festival 2025 menjadi ajang yang sangat berarti bagi sineas dari berbagai daerah, termasuk Jember. Festival ini tidak hanya memberi ruang bagi para sineas untuk mempresentasikan karya mereka, tetapi juga menghadirkan sesi masterclass dengan pemateri berpengalaman, seperti Bagoes Tresna sebagai sinematografer dan Umay Shahab sebagai sutradara dari film kontroversial Perayaan Mati Rasa. Sesi ini menjadi kesempatan berharga bagi para sineas muda untuk memperdalam wawasan mereka di dunia perfilman.

Partisipasi mahasiswa Universitas Jember, perwakilan dari humas HIMAFISI di festival ini turut berkontribusi dalam memperkenalkan Program Studi Televisi dan Film kepada masyarakat luas. Respon positif dari audiens memberikan dorongan bagi sineas muda dari Jember untuk terus berkarya dan menampilkan identitas lokal mereka dalam ranah sinema nasional.

Salah satu perwakilan dari humas HIMAFISI mengungkapkan kesan positifnya terhadap acara ini, menyoroti bagaimana IMAC Film Festival yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) berhasil menghadirkan karya-karya berkualitas dari berbagai daerah, termasuk luar Jabodetabek. Selain itu, sesi masterclass yang menghadirkan pemateri berpengalaman juga memberikan wawasan baru yang sangat bermanfaat.

Bagi para pecinta film, jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan Wahyu di festival film berikutnya. Film ini tidak hanya menggugah emosi, tetapi juga menyajikan eksplorasi mendalam tentang dilema moral dan sosial. Dukungan terhadap sineas muda Indonesia sangat penting untuk perkembangan industri film nasional. Nantikan karya-karya berikutnya dari Program Studi Televisi dan Film Universitas Jember yang akan terus menginspirasi!