Pagelaran Karya Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Televisi dan Film “Sangsaka Ngangsa Ing Angkala”

Pada Selasa, 3 Juni 2025, Program Studi Televisi dan Film Universitas Jember menggelar pemutaran karya tugas akhir di Home Theater Fakultas Ilmu Budaya. Film yang ditayangkan dalam pagelaran ini adalah Sangsaka Ngangsa Ing Angkala, karya akhir yang disutradarai oleh Rahmad Dimas Perkasa yang berhasil ditayangkan pada pagelaran ini. Kegiatan ini turut dihadiri oleh HIMAFISI sebagai bentuk dukungan terhadap karya mahasiswa tingkat akhir serta sebagai ruang apresiasi terhadap film independen kampus.

Film berdurasi 28 menit ini mengangkat genre aksi yang dipadukan dengan isu politik dan sosial. Melalui karakter utama bernama Aji, penonton diajak menyelami konflik personal yang berakar dari persoalan keluarga dan ketidakadilan. Cerita bermula saat Aji mencari tahu kebenaran di balik hilangnya sang ayah, yang kemudian membawanya pada konfrontasi dengan pihak-pihak berkuasa.

Catatan Sutradara: Tantangan Genre dan Isu

Dalam sesi kesan dan pesan, Rahmad Dimas menyampaikan bahwa proses penggarapan film ini merupakan pengalaman yang menantang, baik secara teknis maupun emosional. Menurutnya, mengangkat tema politik dalam bentuk film aksi bukan hal yang mudah, namun penting untuk terus didorong agar mahasiswa mampu berbicara melalui karya.

“Kami berupaya menghadirkan film yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan. Beberapa adegan disusun dengan simbol-simbol tertentu yang bisa ditafsirkan secara beragam oleh penonton,” ujar Rahmad. Ia juga berharap karya ini bisa menjadi pengingat bahwa setiap orang berhak untuk bercerita, termasuk melalui film.

Dari Naskah ke Layar: Perspektif Penulis

Axeljair, sebagai penulis naskah, mengungkapkan rasa syukurnya melihat gagasan yang ia rancang dapat diwujudkan menjadi sebuah film. Ia menyadari adanya sejumlah penyesuaian dari versi naskah ke bentuk akhir film, namun secara keseluruhan merasa puas dengan hasil yang ditampilkan.

“Melihat ide yang awalnya hanya berbentuk tulisan kemudian ditonton banyak orang tentu jadi pengalaman yang berharga. Meski tidak semua bagian naskah bisa ditampilkan, hasil akhirnya sudah cukup merepresentasikan pesan yang ingin saya sampaikan,” jelasnya.

Mengolah Aksi dan Gambar: Tanggung Jawab Editor

Syahrial Syahdan selaku editor sekaligus visual effect artist juga berbagi pengalamannya dalam proses pascaproduksi. Ia menyampaikan bahwa film aksi masih jarang dipilih oleh mahasiswa sebagai tugas akhir, padahal menurutnya genre ini memiliki potensi yang besar untuk digali, terutama bila dikaitkan dengan budaya lokal seperti bela diri tradisional.

“Melalui film ini, saya ingin menunjukkan bahwa film aksi bisa menjadi ruang eksplorasi yang menarik dan relevan. Terima kasih juga untuk semua kritik dan apresiasi yang telah diberikan, ini sangat berarti untuk pengembangan kami ke depan,” ujarnya.

Penutup: Apresiasi untuk Karya Mahasiswa

Pemutaran film Sangsaka Ngangsa Ing Angkala menjadi salah satu bentuk nyata bahwa mahasiswa PSTF memiliki keberanian untuk menyuarakan gagasan melalui media audio-visual. HIMAFISI mengapresiasi semangat serta kerja keras seluruh tim produksi, dan berharap karya-karya semacam ini terus mendapat ruang agar film mahasiswa tidak hanya berhenti pada tugas akhir, tetapi menjadi bagian dari wacana yang lebih luas di lingkungan akademik dan masyarakat.

Salam HIMAFISI: Kreatif, Muda, dan Energik!