Campus CINE Talk: Dua Hari Belajar Sinema yang Dekat, Nyata, dan Penuh Makna

Jember, 10–11 Juni 2025 — Dua hari yang padat namun bermakna dijalani oleh mahasiswa Program Studi Televisi dan Film (PSTF) Universitas Jember melalui kegiatan Campus CINE Talk: “Roll Sound, Roll Camera and… Talk!”. Workshop ini berlangsung di Laboratorium PSTF lantai 3 dan menjadi ruang belajar yang mempertemukan teori, praktik langsung, serta dialog kreatif antara mahasiswa dan para profesional di industri film.

HIMAFISI, sebagai organisasi mahasiswa PSTF, turut aktif mengikuti jalannya kegiatan dan merasakan langsung dampak positif dari pelaksanaan workshop ini.

Hari Pertama: Menggali Perspektif, Memahami Teknologi

Hari pertama dibuka dengan sesi diskusi bersama tiga narasumber:

  • Robin Moran – Direktur Focused Equipment
  • Gunnar Nimpuno, ICS – Director of Photography (Penyalin Cahaya)
  • Dady Supriyadi – Canon Indonesia

Diskusi tidak sekadar membahas spesifikasi alat, tetapi memperluas pemahaman peserta tentang bagaimana alat bisa digunakan untuk menyampaikan gagasan. Dady Supriyadi mengajak mahasiswa melihat teknologi sebagai mitra kreatif. “Kamera memang merekam gambar, tapi filmmaker merekam rasa,” ungkapnya.

Robin Moran mempresentasikan workflow produksi sinema digital dengan kamera ALEXA, dimulai dari pengambilan gambar, pengolahan file ARRIRAW dan ProRes, hingga post produksi dengan Adobe Premiere, Final Cut, color grading, After Effects, dan proses arsip. Penjelasan ini memperlihatkan alur kerja profesional yang sangat teknis namun penting dipahami mahasiswa sejak dini.

Sementara itu, Gunnar Nimpuno menekankan bahwa cahaya dalam film adalah bagian dari cerita. Ia mengajak mahasiswa lebih berani menggunakan cahaya sebagai unsur naratif, bukan sekadar estetika pencahayaan.

Hari Kedua: Dari Teori ke Praktek di Depan Lensa

Memasuki hari kedua, peserta workshop diberi kesempatan untuk mencoba secara langsung berbagai alat sinema profesional yang dibawa oleh Focused Equipment dan Canon. Kegiatan berlangsung interaktif, mulai dari pengenalan alat, uji coba kamera, latihan blocking dan pengambilan gambar, hingga diskusi teknis.

Materi seperti:

  • Choose Your Weapon (memilih alat sesuai kebutuhan produksi: sensor, resolusi, frame rate, dynamic range, format RAW/LOG),
  • Why You Need It (alasan penting memilih alat berdasar kendala lapangan: keterbatasan data, fisik, waktu, dan kolaborasi lintas departemen),
    menjadi highlight dalam memperluas pemahaman teknis mahasiswa.

Sesi ini juga menjawab pertanyaan penting yang sering muncul di kalangan sineas muda: Bagaimana tetap bisa bercerita secara efektif meski dengan alat terbatas? Jawabannya terletak pada bagaimana kita memahami fungsi alat sebagai alat bantu bercerita, bukan pusat dari cerita itu sendiri.

HIMAFISI: Dari Belajar Menjadi Terlibat Aktif

Sebagai himpunan mahasiswa, HIMAFISI merasa kegiatan dua hari ini memberikan pengalaman yang sangat berdampak. Tidak hanya menambah wawasan teknis, workshop ini memperkuat pemahaman akan pentingnya kolaborasi antara industri dan akademik, sekaligus membuka ruang refleksi tentang posisi mahasiswa dalam dunia perfilman ke depan.

Dua hari yang padat ini memperlihatkan bahwa belajar sinema bukan hanya tentang menghafal teori, tetapi memahami makna di balik keputusan visual, teknis, dan naratif. HIMAFISI berharap kegiatan semacam ini terus digelar agar mahasiswa PSTF dapat terus tumbuh bersama perkembangan dunia film yang semakin dinamis.

Salam HIMAFISI: Kreatif, Muda, dan Energik!