Pagelaran Tugas Akhir Film “Pojhien“ Karya Septia Rista Eka Wardani, Dokumenter yang Kaya Riset

Jember, 13 Juni 2025 – Pagelaran Tugas Akhir Karya Mahasiswa Televisi dan Film di Home Theater Fakultas Ilmu Budaya terasa lebih hidup dari biasanya. Semua kursi penuh, lampu dipadamkan, dan layar menyala menampilkan film tugas akhir berjudul Pojhien, karya Septia Rista Eka Wardani, mahasiswa angkatan akhir PSTF Universitas Jember.

Sebagai anggota Litbang HIMAFISI dan juga crew dokumentasi dalam pagelaran ini, saya tidak hanya menyaksikan film ini dari kursi penonton, tetapi ikut merasakan proses di baliknya. Dari diskusi kecil tentang rundown, latihan MC, set lighting, hingga penyesuaian teknis menit-menit sebelum acara dimulai—semuanya berjalan dalam semangat gotong royong.

Lebih dari Sekadar Tugas Akhir

Pojhien bukan film yang dibuat terburu-buru untuk menyelesaikan kewajiban. Dari riset sampai penyutradaraan, semua digarap serius oleh Septia dan timnya. Film ini mengangkat cerita lokal yang terasa dekat, sederhana tapi punya makna. Cerita yang bisa dirasakan, terutama oleh mereka yang pernah meragukan dirinya sendiri di tengah tekanan lingkungan.

Yang menarik, Septia bukan hanya menulis dan menyutradarai film ini, tapi juga ikut jadi produser dan peneliti lapangan. Sebuah tanggung jawab yang tidak kecil, tapi justru membuat film ini terasa lebih personal. Ia dibantu tim kameramen dan teknis yang juga diisi oleh mahasiswa PSTF sendiri—ini bukan produksi profesional, tapi terasa tulus dan rapi.

Diskusi dan Apresiasi

Setelah film diputar, acara dilanjutkan dengan diskusi singkat bersama narasumber dari dosen hingga teman komunitas film. Salah satu yang paling saya ingat adalah saat Pak Sumiati bilang, “Film seperti ini bukan hanya menghibur, tapi menyadarkan.” Kalimat sederhana, tapi dalam.

Banyak pertanyaan yang muncul dari penonton—tentang proses kreatif, tentang karakter, bahkan tentang peran perempuan dalam film ini. Semua dijawab dengan tenang dan terbuka oleh Septia dan timnya. Saya pribadi bangga melihat bagaimana karya teman seangkatan bisa membuka obrolan serius dengan cara yang ringan.

HIMAFISI dan Proses Belajar di Balik Layar

Bagi HIMAFISI, terutama kami yang terlibat langsung dalam crew pagelaran, malam itu bukan cuma ajang apresiasi, tapi juga ruang belajar. Bagaimana menyusun acara, mengatur waktu, mengelola ruang, dan bekerja dalam tim. Dari yang awalnya canggung di ruang kontrol, sampai akhirnya bisa mengatur alur pemutaran dan dokumentasi tanpa hambatan.

Kegiatan ini jadi pengingat bahwa tugas akhir bukan akhir dari perjalanan, tapi awal dari kemungkinan-kemungkinan baru. Dan kami, sebagai teman, penonton, panitia, sekaligus sesama pejuang layar, merasa terinspirasi untuk berkarya juga.

Salam HIMAFISI: Kreatif, Muda, dan Energik!