[:en]Tips Singkat Menulis Skenario Film Action[:de]Tips Singkat M[:]

[:en]Film action semakin menjadi primadona. Bisa dilihat makin banyak film-film action dalam ataupun luar negeri yang diputar di layar lebar. Selain menyuguhkan alur cerita yang cepat dan tegang, film action dapat memacu adrenalin penonton sehingga sensasi yang dirasakan akan semakin seru.

Tapi, ketika kita ingin memproduksi sebuah film action, ada beberapa faktor yang akhirnya membuat kita ragu untuk mengeksekusi cerita laga. Seperti:

–          Film action produksinya susah, banyak adegan berantemnya.

–          Bikin skenarionya ribet, karena cerita film action selalu kompleks

–          Biaya produksinya akan mahal

Tentu, semua contoh permasalahan seperti di atas tidak akan terjadi, bila kita bisa membuat cerita film action yang simple tapi greget, yang tidak terlalu panjang tapi padat cerita.

Berikut beberapa tips yang bisa Anda gunakan ketika ingin menulis skenario film action:

  1. Tentukan budget maksimal tim Anda

Mengapa saya langsung menyinggung budget produksi? Karena ini hal yang paling krusial. Setiap detail plot cerita yang Anda tulis di skenario, akan mempengaruhi total budget produksi Anda. Jadi, jika budget tim Anda untuk sebuah film action maksimal hanya 7 juta, so please, demi dewa di langit dan di bumi, jangan dengan konyolnya Anda menuliskan adegan kejar-kejaran mobil di jalan raya dimana nanti di ujung jembatan salah satu mobil menabrak pembatas jalan, jatuh ke sungai kemudian meledak. Kecuali film Anda diproduseri oleh Tony Stark, buang jauh-jauh adegan ekstrim dan super mahal dari skenario Anda.

Jadi, tentukan budget film Anda, kemudian temukan sebuah topik cerita yang sesuai dengan dana produksi yang ada.

  1. Observasi spot menarik di sekitar Anda

Para filmmaker biasanya akan membuat skenario terlebih dahulu, kemudian mencari lokasi yang sesuai dengan deskripsi tempat yang ada di dalam skenario. Untuk efisiensi waktu dan biaya produksi, lakukan sebaliknya.

Carilah tempat-tempat yang unik dan menarik di sekitar Anda, dengan catatan, pemilik lokasi tersebut bersedia untuk dijadikan lokasi shooting dan dengan proses perijinan yang mudah. Bentuk tim survey untuk berburu lokasi yang dapat mendukung cerita. Hal ini bertujuan untuk menentukan lokasi shooting yang tidak jauh-jauh, sehingga bisa menekan biaya produksi. Buatlah daftar lokasi yang menjadi pilihan untuk tempat shooting Anda, kemudian lakukan brainstorming cerita yang cocok dan bisa dieksekusi di lokasi-lokasi tersebut.

Tentu saja hal ini akan sangat bergantung pada tingkat imajinasi dan kapasitas dari penulis skenario, apakah ia bisa mengolah sebuah cerita dengan daftar pilihan lokasi yang sangat terbatas atau tidak. Tim survey yang bertugas untuk hunting lokasi juga harus jeli dan teliti. Cari beberapa lokasi yang bisa digunakan menjadi serangkaian cerita.

Contoh :

Satu tim produksi ingin membuat film action dengan budget maksimal 7 juta. Dengan budget yang kecil, produser meminta untuk melakukan shooting di sekitar dalam kota saja, tanpa harus pergi ke lokasi yang jauh. Tim survey harus segera mencari beberapa lokasi menarik yang bisa digunakan sebagai lokasi shooting. Ingat, daftar lokasi yang disurvey harus bermacam-macam dan bisa digunakan menjadi satu rangkaian cerita.

Misal, untuk satu cerita film action biasanya membutuhkan:

Rumah – setting perkantoran – café – spot suasana perkotaan / jalanan kota – ruang publik (taman kota, halte umum, dsb) – perumahan dengan jalan penghubung yang sempit – setting kantor polisi – gudang – mobil, dsb.

Dari daftar lokasi di atas, penulis kemudian memulai brainstorming untuk menyusun rangkaian cerita yang bisa dieksekusi di lokasi-lokasi tersebut.

Contoh : dari pilihan lokasi di atas bisa disusun cerita seperti ini,

“Kelly, seorang kru film yang bertugas untuk dokumentasi behind the scene, tidak sengaja merekam kejadian pembunuhan ketika sedang proses shooting di taman kota. Ia melihat segerombolan lelaki di dalam mobil yang menembak mati seseorang di salah satu gang sempit dekat taman kota. Kejadian itu terekam dalam kamera Kelly.”

CUT TO:

“Keesokan harinya di kantor polisi, Thomas dan Gery ditugaskan untuk mencari Kelly dan melindunginya sebagai saksi kunci, serta mengamankan bukti video di dalam kamera Kelly.”

CUT TO:

“Thomas dan Gery mendatangi Kelly di kantornya. Mereka mulai mencari informasi tentang kejadian pembunuhan beberapa hari yang lalu, serta mengecek video bukti yang ada di kamera Kelly. Tiba-tiba terdengar suara mobil datang diikuti beberapa tembakan dari luar kantor Kelly yang ternyata adalah pembunuh di kejadian kemarin. Mereka ingin memusnahkan bukti pembunuhan sekaligus membunuh Kelly.” –dst-

Bisa dilihat dari beberapa list lokasi bisa dikembangkan menjadi plot cerita yang cukup padat. Tips ini juga berlaku untuk semua genre cerita, yang ingin diproduksi dengan modal kecil.

 

  1. Tentukan satu konflik besar dalam skenario

Setiap film selalu memiliki satu konflik besar yang kemudian dikembangkan menjadi cerita yang kompleks. Seperti cerita Harry Potter yang diproduksi sampai 8 film, sebenarnya inti konflik dari film Harry Potter hanya satu : “Untuk mencegah bangkitnya sihir hitam, Harry Potter harus mengalahkan Voldemort.”

Sama halnya film The Lord of The Ring, inti cerita film itu adalah “Frodo yang harus mengembalikan dan memusnahkan cincin Sauron ke dalam gunung api.”

Ibaratkan Harry Potter adalah A, dan Voldemort adalah Z, agar huruf A bisa bertemu huruf Z, A harus melewati B, C, D, E, F, G, dst. Pengembangan inilah yang menyebabkan sebuah cerita menjadi panjang dan kompleks.

Nah, pengembangan ini juga berlaku dalam penulisan skenario film action agar ceritanya lebih padat. Tentukan satu konflik utama, kemudian dipecah menjadi beberapa tragedi. Saya akan menjelaskan dengan mengambil contoh dari salah satu script action berikut.

Contoh :

Logline / inti cerita – “Aga ingin balas dendam pada pelaku pembunuhan ayahnya.”

Dari logline itu, kembangkan masing-masing informasi ceritanya, dimulai dari:

  1. Siapa Aga?
  2. Siapa ayah Aga?
  3. Bagaimana hubungan Aga dan ayahnya?
  4. Mengapa ayah Aga dibunuh?
  5. Siapa pembunuhnya?
  6. Apa motivasi balas dendam Aga?
  7. Bagaimana cara Aga untuk balas dendam?

See? Hanya dari satu kalimat saja sudah bisa menjadi berlembar-lembar draf mentah skenario film.

Setelah informasi cerita berkembang, pecah satu konflik utama tersebut menjadi beberapa tragedi. Misalnya :

Di babak pertama skenario, keinginan Aga untuk balas dendam ternyata ditentang oleh adiknya, Sena. Sena tidak ingin ada kejadian mengerikan di rumahnya lagi. (Tragedi 1)

Di sini muncul beberapa pengembangan informasi lagi:

  1. Bagaimana hubungan Aga dan Sena?
  2. Mengapa ada pertentangan di antara mereka?
  3. Ada kejadian apa di masa lalu sehingga membuat Sena trauma?

Kemudian berlanjut ke babak kedua, Aga akhirnya berhasil membujuk Sena untuk mengijinkannya mencari pembunuh ayahnya. Aga bahkan berhasil mengajak Sena untuk ikut mencari. Tapi ternyata pembunuh ayahnya adalah pembunuh bayaran yang susah dilacak. (Tragedi 2)

Di babak kedua ini, jelaskan tentang bagaimana cara Aga dan Sena mencari pembunuh ayahnya hingga bisa membalaskan dendam mereka.

Kemudian di babak ketiga, selesaikan dengan kesimpulan cerita. Di akhir cerita boleh Anda beri informasi tambahan tentang beberapa plot cerita di babak 1 dan 2 yang masih abu-abu atau belum jelas. Misalnya, hubungan pertentangan Aga dan Sena tidak dijelaskan di babak kedua, namun dijelaskan setelah kesimpulan cerita disampaikan, sah-sah saja. Kenapa? Karena…

  1. Anda boleh membolak-balik alur dan plot cerita action.

Anda ingin menulis skenario langsung dibuka dengan adegan tembak-menembak atau kejar-kejaran? Boleh-boleh saja.

Berbeda dengan cerita drama yang membutuhkan alur yang halus dan kenaikan konflik yang perlahan, skenario film action memiliki poin cerita cepat, padat dan alur yang bolak-balik. Anda bebas untuk menyusun grafik dramatik cerita secara tidak beraturan, dengan catatan, informasi dari babak pertama hingga babak penyelesaian tetap memiliki benang merah.

Contoh :

 

Sebuah skenario 3 babak, dengan alur berurutan. Di babak pertama ada poin cerita A-B-C-D, di babak kedua dilanjut dengan E-F-G-H, di babak akhir ditutup dengan I-J-K-L.

Perhatikan alur 1, Ending cerita poin L dipecah menjadi dua bagian, sebagian informasi cerita di L1 diletakkan di awal untuk memancing menaikkan dramatik cerita sehingga membuat pembaca atau penonton penasaran. Tentu saja poin kunci penyelesaian cerita tetap disampaikan di L2. Anda juga bisa memecah informasi awal cerita di poin A yang dibagi menjadi 2 bagian.

Contoh lain, perhatikan alur 2, seperti yang sudah dijelaskan di pokok pembahasan sebelumnya, Anda bisa memecah konflik utama menjadi beberapa tragedi yang disampaikan di masing-masing babak. Di alur 2, klimaks di poin H dipecah menjadi 3, untuk menyampaikan clue-clue tentang permasalahan utama dari keseluruhan cerita.

Salah satu trik dalam penyusunan alur cerita fim action agar padat dan seru adalah pemecahan plot dan tarik-ulur informasi cerita. Sehingga cerita Anda akan susah ditebak dan membuat penasaran.

  1. Adegan fighting

Adegan berantem seolah sebagai bumbu utama dalam film-film action. Sebenarnya adegan seperti ini bisa menjadi sia-sia jika filmmaker tidak mengetahui esensi dari adegan berantem itu sendiri. Adegan fighting adalah sebagai ekspresi penyelesaian masalah tingkat teratas dari cerita laga. Ketentuan yang harus Anda ketahui sebelum memasukkan adegan fighting dalam skenario adalah:

  1. Apakah konflik cerita akan selesai jika salah satu penyebab konflik disingkirkan?
  2. Bagaimana kapasitas kedua pihak yang berkonflik?
  3. Apakah tokoh protagonis dan antagonis memiliki tujuan yang saling berlawanan?

Pertimbangkan tujuan Anda untuk membuat adegan fighting dalam skenario. Sangat diperlukan untuk efisiensi informasi cerita yang diselesaikan dengan cara ‘berantem’.

Jika Anda memutuskan untuk memasukkan beberapa adegan fighting dalam skenario, tulislah dengan detail dan jelas tentang;

–          Motivasi awal memulai pertengkaran

–          Siapa yang menang/kalah

–          Bagaimana menyingkirkan salah satu yang berkonflik

Detail tentang adegan fighting akan memudahkan aktor untuk mendalami emosi cerita, dan memudahkan sutradara dan editor dalam menentukan pemilihan gambar dalam proses editing.

 

 

ditulis oleh: Febriyanti P. – Alumni Program Studi Televisi dan Film

[:]