Pada tanggal 9–10 Agustus 2025, UKM Mahasiswa Pecinta Kelestarian Alam (SWAPENKA) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember menggelar kegiatan AKAR ASA (Aksi Reboisasi Anak Bangsa) di Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember. Acara ini merupakan bagian dari program kerja tahunan SWAPENKA yang berfokus pada pelestarian lingkungan, khususnya ekosistem mangrove.
Pembukaan dan Sambutan
Kegiatan dimulai dengan pembukaan oleh MC, doa bersama, serta sambutan dari ketua panitia dan ketua umum SWAPENKA. Nur Aini Febrianti selaku ketua panitia menyampaikan apresiasi kepada para peserta yang telah meluangkan waktu untuk hadir, seraya berharap acara dapat berjalan lancar dan memberi kesan positif. Senada dengan itu, Galan sebagai ketua umum SWAPENKA turut mengucapkan terima kasih kepada seluruh undangan serta menegaskan bahwa agenda utama penanaman mangrove dilaksanakan pada hari kedua, 10 Agustus 2025.
Pemutaran Film dan Diskusi Edukatif
Sebagai pengantar, peserta diajak menyaksikan film dokumenter “Perisai Darat Laut” (2018) karya Mas Basuri Alwi yang mengangkat isu kelestarian mangrove. Setelah itu, sesi diskusi berlangsung bersama para narasumber, yakni Cak Giri, Pak Suparto, Pak Suyitno, dan Pak Agus. Diskusi ini membahas berbagai topik menarik, mulai dari peran mangrove sebagai pelindung alami dari abrasi yang lebih efektif dibanding tembok beton, hingga potensi pemanfaatan buah mangrove untuk bahan baku tinta batik, tepung, dan keripik.
Cak Giri menekankan bahwa tidak semua pesisir cocok untuk ditanami mangrove, karena jenis pohon ini hanya bisa tumbuh di kawasan berlumpur dan selalu terendam air. Pak Suparto menambahkan bahwa salah satu kendala utama dalam penanaman mangrove adalah lokasi dan posisi yang tepat. Sementara itu, Pak Suyitno dan Pak Agus dari komunitas pelestari ikan lumba-lumba berbagi pandangan mengenai pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Diskusi ini juga menyoroti persepsi masyarakat yang masih keliru, misalnya di Banyuwangi, mangrove kerap dianggap sebagai penyebab menumpuknya sampah di pesisir. Padahal, masalah tersebut bukan berasal dari mangrove, melainkan dari perilaku manusia yang membuang sampah sembarangan.
Aksi Penanaman Mangrove
Hari kedua dimulai dengan senam pagi dan sarapan bersama, sebelum peserta berangkat menuju lokasi penanaman. Setelah mendapatkan workshop singkat tentang teknik menanam, peserta bersama-sama menanam bibit mangrove di kawasan pesisir. Kegiatan ini tidak hanya menjadi bentuk aksi nyata menjaga lingkungan, tetapi juga sarana pembelajaran langsung mengenai pentingnya keberlanjutan ekosistem. Seusai penanaman, peserta berjalan-jalan di sekitar pulau, lalu kembali ke campground untuk makan siang dan beristirahat sebelum pulang.
Hiburan dan Kebersamaan
Malam pertama kegiatan semakin hangat dengan adanya penampilan live music yang diikuti dengan antusias oleh peserta. Momen ini menjadi ruang untuk mempererat kebersamaan, bertukar cerita, dan menikmati suasana pantai.
Kolaborasi dan Harapan
Kegiatan AKAR ASA juga melibatkan berbagai organisasi mahasiswa pecinta alam, di antaranya MAHAPALA (FEB), MAHADIPA (FT), GEMAPITA (FKIP), serta perwakilan dari UMJ dan UNMUH. Kolaborasi lintas fakultas dan universitas ini menunjukkan bahwa isu lingkungan adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan sinergi berbagai pihak.
Bagi HIMAFISI, keikutsertaan dalam kegiatan ini menjadi bentuk dukungan nyata terhadap upaya pelestarian alam. Lebih dari sekadar aksi menanam mangrove, kegiatan ini menghadirkan pengalaman berharga berupa edukasi, aksi nyata, dan kebersamaan yang membekas.
Semoga semangat yang tertanam melalui AKAR ASA dapat terus tumbuh, tidak hanya di pesisir Payangan, tetapi juga di hati setiap generasi muda yang hadir, untuk menjaga dan merawat bumi bagi masa depan.
Salam HIMAFISI: Kreatif, Muda, dan Energik!