[:en]Memilih Literatur atau Buku Bacaan Nonfiksi yang Tepat[:]

[:en]Sebagai mahasiswa di perguruan tinggi tentunya dituntut untuk banyak-banyak membaca, entah membaca buku, artikel, jurnal ilmiah dan penelitian, serta berbagai literatur tentang macam-macam grand theory pemikir dunia. Tidak peduli Anda mengambil jurusan sains, sosial ataupun seni, mau tidak mau buku-buku tebal sepertinya akan selalu menjadi teman Anda sepanjang perkuliahan.

Nah, beberapa displin ilmu yang kita pelajari di bangku kuliah sebagian besar adalah ilmu-ilmu besar dan “tua” yang sudah ditemukan puluhan tahun bahkan ratusan tahun lalu, yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah dasar konsep pemikiran dari cabang ilmu tersebut. Karena itulah, seringkali kita mengalami kesulitan ketika harus mencari jejak asal mula datangnya sebuah ilmu besar dunia yang kini bisa dipakai untuk berbagai bahan penelitian. Kita juga seringkali kebingungan saat ingin mempelajari teori-teori yang akan digunakan untuk menyelesaikan skripsi atau tugas akhir. Pertanyaan yang paling sering muncul biasanya berupa, “Kalo mau belajar Psikoanalisis, enaknya belajar dari mana ya?”, atau “Kalo pengen mendalami ilmu komunikasi, baca bukunya siapa dulu?”.

Tidak terkecuali untuk saya dan teman-teman kuliah saya di Televisi dan Film. Di jurusan media seperti ini, tidak hanya dituntut untuk bisa membuat sebuah produk film atau konten televisi, namun juga diharapkan untuk dapat mengkaji dan mempelajari apa saja aspek-aspek yang bisa dibahas dan dikritik. Film dan konten televisi bisa dibilang adalah sebuah media yang sangat menarik dan seksi, dimana di dalamnya dapat mengandung berbagai lapisan teoritis yang bisa dikupas dari berbagai sisi. Banyak hal yang bisa dikaji dari sebuah produk audio visual, mulai dari nilai sosial budaya, politik, ekonomi, agama, filosofi, psikologi, dan sebagainya.

Pengkajian sebuah film atau konten televisi tentunya akan membutuhkan banyak persepsi dan dasar pemikiran agar Anda dapat membedah film atau program televisi dengan tepat dan sesuai. Dibutuhkan banyak ‘bekal’ persepsi untuk Anda yang ingin belajar untuk membedah dan mengkritik produk-produk audio visual. Maka dari itu, mahasiswa perfilman biasanya akan dituntut untuk mempelajari berbagai macam ilmu pendamping untuk memahami konten-konten yang ada dalam film atau program televisi. Hal ini biasanya akan dialami oleh mahasiswa-mahasiswa yang mulai mengerjakan skripsi/ tugas akhir dan membutuhkan teori pendamping untuk menguatkan hipotesis dalam penelitiannya. Tapi, seperti yang sudah saya singgung di atas, kebanyakan teman-teman yang memang belum terbiasa untuk rutin membaca akan mengalami kesulitan memilih buku mana yang pas untuk memulai memahami teori yang akan ia pelajari atau yang akan digunakan sebagai bahan penelitian.

Berikut adalah beberapa tips untuk memilih literatur atau buku bacaan NON-FIKSI yang tepat, sesuai dengan apa yang ingin Anda cari. Walaupun sebenarnya tidak ada ruginya sama sekali untuk membaca buku yang “salah” karena pengetahuan Anda akan tetap bertambah. Namun tips berikut berguna untuk menghindari ketidakpahaman Anda ketika memilih sebuah buku. Karena masing-masing buku memiliki karakter dan tingkatan yang berbeda-beda.

Memang, membaca buku akan membuat Anda pintar, namun ketika memilih buku apa yang akan dibaca, Anda harus lebih pintar.

 

  1. Baca pengantar umumnya terlebih dahulu

Sebelum mempelajari inti dari teori-teori yang Anda cari, yang paling penting adalah Anda harus sedikit memahami dulu seperti apa bentuk dan rupa dari ilmu tersebut. Misal, Anda ingin belajar Psikoanalisis, maka anda harus membaca buku pengantar umum Psikoanalisis. Begitu pun jika Anda ingin belajar Filsafat, Psikologi, Estetika, Semiotika, dll. Carilah buku ‘Pengantar Umum’-nya terlebih dahulu. Di dalam buku pengantar umum biasanya akan dijelaskan sejarah dan persebaran ilmu dasarnya, kegunaan ilmu dalam lingkup penelitian, siapa saja ilmuwan besar yang ikut menyumbangkan pemikirannya, bagaimana perkembangannya dari awal digagas hingga saat ini apakah masih relevan digunakan untuk penelitian.

Dengan membaca buku pengantar umumnya lebih dulu, Anda akan dengan mudah memahami bagaimana pemetaan sebuah ilmu yang akan Anda pelajari. Satu cabang ilmu biasanya akan terdiri dari beberapa ilmuwan atau filsuf yang ikut mengembangkan teorinya. Dari sini, Anda bisa dengan mudah menemukan jejak awal pemikiran besar dari ilmu tersebut, serta dapat memilih teori dari pemikiran milik siapa yang lebih relevan dan spesifik untuk bahan penelitian Anda. Dalam buku pengantar umum juga biasanya terdapat beberapa istilah khusus dan konsep-konsep tertentu yang wajib Anda pahami dulu sebelum melangkah lebih jauh. Tanpa memahami pengantar umumnya, Anda akan kesulitan untuk memahami beberapa konsep dasar dari ilmu tersebut, yang justru akan membuat Anda semakin pusing dan bingung.

Contoh :

 

Jika Anda ingin mempelajari psikoanalisis, maka buku pertama yang harus Anda baca adalah pengantar umum psikoanalisis. Di sini saya ambil contoh menggunakan buku Sigmund Freud, karena Freud adalah bapak psikoanalisis dunia. Di dalam buku pengantar umum tersebut, dijelaskan banyak dasar-dasar pemikiran dan gagasan terbentuknya ilmu psikoanalisis yang harus Anda pahami dulu sebelum mempelajari psikoanalisis yang lebih spesifik. Setelah Anda selesai dengan buku pengantar umum, maka Anda bisa mencari pembahasan yang lebih spesifik. Contoh, Anda ingin mempelajari lebih dalam tentang tafsir mimpi dan psikopatologi yang sudah dijelaskan di buku pengantar umum, namun belum ada pembahasan yang mendalam. Maka buku berikutnya yang harus dibaca adalah buku dari Freud yang berjudul Psikopatologi dan The Interpretation of Dreams.

Kesimpulannya adalah, pilihlah buku dari yang bersifat menjelaskan secara umum, kemudian dilanjutkan dengan buku-buku dengan teori yang lebih spesifik. Paham?

Tidak harus membaca bukunya, untuk mempelajari pengantar umum sebuah teori, Anda juga bisa sekedar browsing atau Googling. Banyak blog-blog pribadi atau website perkuliahan yang membahas berbagai macam literatur-literatur kuliah dengan lengkap dan bertahap. Namun juga harus diperhatikan saat mencari bahan bacaan di internet banyak tulisan-tulisan yang tidak jelas sumbernya. Tentunya materi dan pembahasan yang disampaikan juga kurang lengkap dan menyeluruh. Carilah website atau blog terpercaya yang bisa menjadi salah satu bahan referensi Anda.

 

  1. Buku dalam negeri, atau buku terjemahan?

Mana yang lebih nyaman untuk Anda? Buku yang ditulis oleh orang-orang Indonesia sendiri, atau buku luar yang diterjemahkan.

Ada perbedaan karakter konten yang cukup signifikan dari dua tipe buku tersebut. Buku-buku yang ditulis oleh penulis dalam negeri, biasanya akan menulis dengan gaya penulisan dan penjelasan yang disesuaikan oleh kapasitas para pembaca di Indonesia. Sehingga untuk Anda yang baru memulai kebiasaan untuk rutin membaca, saya sarankan untuk terlebih dahulu membiasakan membaca buku-buku dari penulis dalam negeri. Karena buku-buku Indonesia akan memiliki poin penjelasan yang lebih runtut, bertahap, penggunaan bahasa yang lebih mudah dan dijelaskan dengan gamblang. Tidak jarang kadang penulis dalam negeri akan menggunakan teknik penulisan ‘bercerita’ agar para pembacanya bisa memahami keseluruhan materi.

Selain buku-buku terbitan dalam negeri, ada juga buku terjemahan. Buku terjemahan adalah buku yang ditulis dan diterbitkan di luar negeri yang kemudian didistribusikan di Indonesia dan diterjemahkan oleh penerjemah ahli. Karakter buku terjemahan jelas berbeda jika dibandingkan dengan buku-buku dalam negeri.

Hal-hal yang perlu Anda perhatikan sebelum membaca buku terjemahan antara lain :

  1. Penulisnya tentu tidak tahu bagaimana karakter pembaca di Indonesia, sehingga seringkali konten dalam buku akan sedikit susah dipahami.
  2. Ada beberapa istilah khusus dalam bahasa asing yang sebenarnya tidak ada terjemahan yang sesuai dalam bahasa Indonesia. Karena itulah terkadang ada beberapa poin pembahasan yang terkesan kurang mendalam dan menjadi bias. Saya pribadi akan lebih memilih untuk membaca bukunya dalam versi English (jika buku aslinya berbahasa inggris) untuk menghindari pembahasan yang bias.
  3. Pembahasan dalam buku terjemahan sebagian besar akan dijelaskan secara detail dan melebar. Bahkan beberapa buku akan menyertakan contoh kasus yang begitu banyak dan kompleks. Untuk Anda yang sudah terbiasa membaca, tentu ini tidak akan jadi masalah karena Anda akan tetap fokus pada inti pembahasan. Namun bagi Anda yang baru memulai kebiasaan membaca, hal ini justru akan mendistraksi Anda dalam memahami poin-poin pembahasannya.
  4. Banyak pembahasan yang akan dikaitkan dengan contoh-contoh kehidupan masyarakat di luar Indonesia, yang tentu saja kita tidak terlalu memahami, sehingga akan susah untuk menemukan hubungan atau relasi antara pembahasan dengan contoh yang diambil oleh penulis.
  5. Yang jelas, buku terjemahan biasanya lebih mahal dibanding buku-buku dalam negeri.

Namun yang perlu diperhatikan juga, ada beberapa buku-buku dalam negeri yang penulisnya banyak menggunakan rujukan teori dari penulis-penulis luar. Pemahaman Anda tentunya akan lebih banyak jika Anda membaca buku-buku dalam negeri, sekaligus buku terjemahan.

 

  1. Perhatikan beberapa KATA KUNCI di judul, sinopsis dan pendahuluan (Preface)

Anda sedang di toko buku dengan buku-buku yang masih disegel dan tidak boleh dibuka? Perhatikan judulnya dan sinopsis yang ada di belakang buku. Anda di perpustakaan untuk meminjam buku? Atau Anda ingin mengunduh beberapa e-book? Sempatkan beberapa menit untuk membuka halaman pendahuluan (atau dalam buku berbahasa inggris biasanya berjudul Preface) dan membacanya sekilas.

Yang harus Anda teliti dan perhatikan di:

  1. Judul dan cover buku

Biasanya judul buku sudah bisa menggambarkan tentang materi apa yang akan dibahas di dalam buku. Sifat dari judul buku sebenarnya tidak jauh beda dengan sifat judul skripsi yang harus jelas dan mengerucut. Anda hanya perlu sedikit teliti untuk memperhatikan judul buku. Cabang ilmu apa yang akan dibahas? Apakah ada konten spesifik yang akan disampaikan? Apakah buku tersebut sudah cetakan ulang?

Saya akan menjelaskan poin ini dengan contoh buku berikut.

 

Buku di sebelah kiri adalah buku semiotika yang ditulis oleh Benny H. Hoed, dan di sebelah kanan adalah buku kumpulan esai dari Roland Barthes. Mari kita perhatikan beberapa kata kunci di judul buku dan cover tersebut. Judul buku dengan sangat jelas bertuliskan SEMIOTIK & Dinamika Sosial Budaya. Dari judul sudah dibatasi dengan jelas ke arah mana pembahasan semiotika yang ada di dalam buku ini. Dimana kata kunci ‘sosial budaya’ tentunya akan merujuk pada pembahasan semiotika dalam kebudayaan masyarakat.

Namun yang perlu Anda perhatikan adalah tambahan informasi di bawah judul yang menyebutkan beberapa ilmuwan yang bergerak dalam ilmu semiotika. Di cover buku sebelah kiri disebutkan nama-nama seperti Ferdinand De Saussure, Roland Barthes, Julius Kristeva, dsb. Memang ada beberapa buku yang secara spesifik menyebutkan beberapa ilmuwan yang akan dibahas teorinya di dalam buku tersebut. Ini artinya, beberapa teori dari ilmuwan yang tertera di cover buku memiliki benang merah dan kesamaan dasar pemikiran yang akan dibahas lebih lanjut oleh penulis. Atau bahkan mereka yang disebutkan di cover buku adalah ilmuwan yang saling mengembangkan pemikiran tentang ilmu yang bersangkutan dimana teorinya masih relevan satu sama lain sehingga makin menguatkan pembahasan dari penulis.

Sama halnya dengan contoh buku di sebelah kiri. Dilihat dari judulnya, buku tersebut sudah menyebutkan konten spesifik yang akan dibahas, dimana elemen imaji, musik dan teks akan menjadi sebuah dasar teori pembelajaran semiotika dari Roland Barthes. Jika Anda perhatikan di bawah judul, ada penjelasan lebih khusus mengenai isi buku yang bertuliskan ‘analisis semiologi atas fotografi, iklan, film, musik, dst’.

Selain judul, perhatikan juga keterangan lain di cover buku. Biasanya untuk buku yang sudah cetak ulang beberapa kali, akan ada keterangan edisi yang ikut ditulis di cover (meski tidak selalu ada keterangan seperti ini di cover, karena keterangan cetakan buku tertera di halaman hak cipta penerbitan). Seperti di contoh buku sebelah kiri, yang di bagian bawah tertera ‘Edisi Ketiga’. Mengapa keterangan ini menjadi penting? Karena di buku-buku nonfiksi yang sudah beberapa kali cetak ulang, biasanya terdapat revisi dan perubahan dari cetakan yang sebelumnya. Hal ini perlu Anda perhatikan karena biasanya ada penambahan dan pengurangan konten untuk cetakan buku yang terbaru. Pastikan dulu apakah Anda membutuhkan yang cetakan terbaru? Atau Anda justru membutuhkan cetakan lama yang ada pembahasan materi-materi yang relevan dengan penelitian Anda?

 

  1. Sinopsis

Sinopsis biasanya terletak di bagian belakang buku. Untuk Anda yang sedang memilih-milih buku di toko, sinopsis bisa Anda gunakan untuk preview singkat mengenai isi dari buku yang akan Anda beli. Sinopsis buku biasanya akan berisi penjelasan singkat tentang gaya penulisan buku, objek pembahasan dan fungsi buku untuk ranah penelitian. Tidak jarang juga terdapat biografi singkat dari penulis, atau bahkan review dari beberapa orang ahli.

Ketiga bagian tersebut bisa Anda manfaatkan untuk menimbang apakah buku tersebut sesuai dengan yang Anda cari atau tidak.

 

  1. Pendahuluan

Pendahuluan di halaman awal buku sebenarnya adalah sinopsis dalam versi yang lebih panjang. Jika sedang di toko buku, perpustakaan atau ingin mengunduh jurnal dan e-book, atau dimanapun dengan situasi yang memungkinkan untuk dapat membuka buku tersebut, bacalah halaman prakata atau pendahuluan (Preface).

Berikut beberapa KATA KUNCI yang harus Anda temukan saat membaca pendahuluan:

  • Motivasi penulis dalam menulis buku tersebut
  • Bagaimana gambaran isi buku
  • Gaya penulisan atau penjelasan yang digunakan penulis
  • Kemanakah arah pembelajaran dari materi-materi dalam buku
  • Poin-poin materi yang akan dibahas

Mungkin bagi Anda yang belum terbiasa, memperhatikan beberapa kata kunci di atas akan terkesan rumit dan memakan waktu lama ketika di toko buku atau perpustakaan. Namun penulis dan penerbit menampilkan beberapa informasi kunci di cover dan sinopsis juga demi efisiensi Anda dalam memilih buku. Manfaatkanlah dengan baik dan tepat, jangan manja!

  1. E-book atau buku fisik?

Pilihan ini sebenarnya tergantung pada kebiasaan membaca Anda. Dari segi konten sebenarnya tidak ada yang berbeda antara buku fisik maupun e-book. Karena e-book adalah buku fisik yang dijadikan versi digital. Isinya akan tetap sama. Tentunya masing-masing punya kelebihan dan kekurangan tersendiri.

E-book atau buku digital semakin sering kita temui akhir-akhir ini. Bahkan ada beberapa website yang menyediakan kumpulan buku-buku digital untuk diunduh secara gratis. Dengan pertimbangan efisiensi dan tidak perlu membawa buku yang tebal kesana-kemari, cukup disimpan di dalam gadget, Anda bisa membacanya kapanpun. Anda juga tidak perlu lagi membutuhkan rak-rak besar di rumah untuk menyimpan koleksi buku. Selain praktis dan gratis (walaupun sekarang mulai diterapkan pembelian beberapa buku digital berbayar, guna mengurangi pembajakan) e-book lebih efektif dari segi distribusi. Anda bisa membagikan buku-buku menarik hanya lewat e-mail atau aplikasi lainnya.

Hal yang perlu Anda ketahui ketika memilih untuk membaca e-book adalah:

  1. Yang pertama tentu saja kenyamanan membaca. Gadget apa yang Anda gunakan saat membaca buku digital? Usahakan menggunakan gadget dengan layar diatas 5inch. Karena kegiatan membaca sebenarnya adalah kegiatan relaksasi yang membutuhkan kenyamanan sekaligus konsentrasi. Jika Anda menggunakan layar yang terlalu kecil untuk membaca e-book, mata Anda akan dua kali jauh lebih lelah dibanding membaca buku fisik. Dengan mata yang lelah dan pusing, tentu Anda tidak dapat berkonsentrasi dengan baik.
  2. Kesehatan mata harus tetap terjaga. Membaca e-book berarti mata Anda akan terjaga berjam-jam di depan layar, yang sebenarnya tidak baik untuk kesehatan mata. Aturlah ritme membaca Anda. Istirahat beberapa menit ketika mata Anda mulai terasa panas
  3. E-book lebih rentan hilang dibanding buku fisik. Pastikan Anda memiliki penyimpanan atau database yang baik untuk menyimpan file-file e-book berharga Anda.

Walaupun kemajuan e-book sudah semakin meningkat, buku fisik hingga saat ini tetap menjadi pilihan banyak orang. Ada kesenangan tersendiri ketika kita memiliki koleksi buku fisik yang sangat banyak hingga membutuhkan beberapa rak buku di rumah. Saya pribadi jauh lebih menyukai buku fisik ketimbang e-book, meskipun saya juga mengoleksi e-book di laptop saya. Kembali lagi, ini tergantung pada kebiasaan membaca Anda. Saya menyukai buku fisik karena saya seringkali membuat catatan-catatan kecil di halaman yang menurut saya penting dan harus diingat. Selain itu, saya juga suka sensasi membolak-balik halaman kertas buku. Tentunya mengoleksi buku fisik juga bisa sebagai investasi literasi di rumah, yang bisa diturunkan pada anak-anak kita.

Memang, memilih untuk mengoleksi buku fisik akan mengeluarkan biaya yang jauh lebih mahal dibanding e-book (yang sebagian besar masih bisa diakses gratis). Jika Anda termasuk orang-orang yang baru memulai kebiasaan untuk membaca buku, biasakan membaca buku fisik terlebih dahulu. Dengan semakin sering Anda membaca buku fisik, semakin meningkat kecepatan dan ketepatan Anda membaca literatur, maka Anda dapat membaca e-book tanpa harus berlama-lama di depan layar. Karena kemampuan membaca Anda sudah dilatih untuk menangkap beberapa poin penting dalam buku.

Demikianlah beberapa hal dan tips yang bisa Anda terapkan saat memilih literature atau buku bacaan nonfiksi. Kebiasaan membaca tentunya akan berpengaruh pada disiplin diri dan mengubah persepsi kita dalam mencerna berbagai ilmu pengetahuan.

Pilihlah buku sesuai dengan apa yang Anda cari dan ingin Anda baca. Selamat mencari buku, selamat membaca!

 

ditulis oleh: Febriyanti P. – Alumni Program Studi Televisi dan Film

[:]