[:en]Review Film: LOGAN – Mampu Meneteskan Air Mata[:]

[:en]Siapa sih yang belum dengar atas rilisnya film terbaru berjudul LOGAN? Film Wolverine ke-3 dalam series film X-Men ini terinspirasi dari buku komik yang berjudul “Old Man Logan”, karya Mark Millar. Film yang baru dirilis 3 Maret 2017 kemarin, langsung menggugah kembali antusias pecinta Hugh Jackman. Kali ini saya akan review sedikit tentang film yang baru saja saya tonton.

Logan yang berlatarbelakang tahun 2029 ini, menggambarkan keadaan diri seorang Wolverine yang semakin menua. Ia yang sudah mengalami penurunan fungsi otak itu tiba-tiba didatangi seorang perawat yang ingin menitipkan Laura atau X-23 yang merupakan seorang mutan juga. Perawat berhati tulus itu hanya ingin menyelamatkan mutan-mutan dan membawanya ke tempat yang aman, di Eden. Dari sinilah pertarungan dimulai.

Dafne Keen yang ternyata baru berumur  11 tahun sangat perfect dalam memerankan akting seorang mutan yang dibekali cakar adamantium. Wolverine dan Laura bekerja sama untuk menembus kejahatan Reavers, pasukan pemburu mutan dan melindungi Prof Xavier juga tentunya. Prof X dan Wolverine berperan layaknya seorang ayah dan anak yang membuat keharuan penonton mulai terisak.

Berbicara alur, Logan menganut plot maju mundur yang sedikit membingungkan. Konflik terjadi di awal, tengah, dan akhir cerita. Aksi bercak darah hasil dari mengoyak ‘daging’ lawannya pun sangat meng-cover konflik dari film ini. Awal yang paling tragis menurut saya adalah ketika pertama kali Laura memenggal kepala lawannya dan melemparkannya kedepan Wolverine. (ga nyangka aja).

Sutradara James Mangold pada film ini sangat pandai memainkan emosi penonton. Pada akhirnya, emosi amarah yang sudah pasti dirasakan penonton dapat berubah menjadi keharuan (karena penonton disamping saya nangis heheww). Perpisahan yang halus dan dramatis ini terjadi ketika Wolverine akhirnya tak berdaya dihadapan Laura, anak semata wayangnya.

ditulis oleh: Faradina DN – Program Studi Televisi dan Film (2015)

[:]