Saulak: Melawan Modernisasi dan Udeng Wakili Mahasiswa PSTF UNEJ di FFBN 2025: Dua Produser HIMAFISI Masuk Nominasi Dokumenter Profesi Awards pada Festival Film Budaya Nusantara (FFBN) 2025

Festival Film Budaya Nusantara (FFBN) 2025 resmi berlangsung pada 1–3 Oktober 2025 di Gedung Kesenian Sunan Ambu, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Festival tahunan yang telah digelar sejak 2018 ini kembali menjadi ruang temu para sineas muda dari berbagai daerah, termasuk mahasiswa Program Studi Televisi dan Film Universitas Jember.

Tahun ini, dua karya mahasiswa PSTF UNEJ berhasil masuk nominasi Kategori Film Dokumenter Profesi Awards:

  • “Saulak: Melawan Modernisasi” diproduseri oleh Dandy Ferdyansyah,
  • “Udeng” diproduseri oleh Rizal.

Keduanya merupakan mahasiswa yang juga aktif sebagai pengurus HIMAFISI. Keikutsertaan mereka menjadi bentuk apresiasi terhadap kerja kreatif mahasiswa serta kontribusi untuk membawa nama PSTF dan Universitas Jember dalam ajang film berskala nasional.

Pengalaman Dandy di FFBN: Malam yang Tidak Akan Dilupakan

3 Oktober 2025 menjadi hari yang penuh kejutan bagi Dandy Ferdyansyah. Sebagai produser film dokumenter Saulak: Melawan Modernisasi, ia hadir langsung di Bandung untuk mengikuti malam penganugerahan FFBN 2025. Sejak tiba di lokasi, Dandy disambut hangat oleh panitia. Suasana meriah, hidangan ringan yang disediakan, serta keramahan penyelenggara membuatnya merasa benar-benar diterima.

Setelah menikmati jajanan yang disediakan, Dandy melangkah masuk ke venue utama. Di sana, ia melihat deretan peserta, sineas, dan tamu undangan yang membuatnya bangga berada di ruang yang sama dengan para pembuat film dari berbagai daerah.

Ketika kategori Film Dokumenter Profesi Awards diumumkan, Saulak: Melawan Modernisasi berhasil meraih Juara 2. Prestasi ini bagi Dandy merupakan puncak dari proses panjang riset, produksi, dan kerja tim yang ia banggakan. Malam itu terasa campur aduk—senang, haru, sekaligus bangga karena karya bertema budaya yang mereka angkat mendapat tempat di FFBN.

Setelah acara selesai, Dandy kembali ke hotel dengan perasaan lega sekaligus bersyukur. Bagi dirinya, pengalaman ini menjadi motivasi untuk melangkah lebih jauh di dunia film dokumenter.

Rizal dan Film “Udeng” yang Juga Masuk Nominasi

Selain Saulak, film “Udeng” yang diproduseri oleh Rizal juga terpilih masuk nominasi dalam kategori yang sama. Meski tidak meraih posisi dua besar, pencapaian ini merupakan langkah penting bagi perjalanan kreatif Rizal dan seluruh kru.

Masuknya dua film yang diproduseri mahasiswa PSTF UNEJ dalam satu kategori nominasi menunjukkan bahwa kualitas produksi mahasiswa Televisi dan Film UNEJ mampu bersaing dengan karya-karya kampus dan komunitas lain di tingkat nasional.

FFBN 2025: Ruang Belajar, Diskusi, dan Pertemuan Ide

Sebelum malam penganugerahan, FFBN 2025 dibuka dengan Program Kelas Sinema pada 1–2 Oktober 2025. Selama dua hari, peserta mengikuti berbagai agenda:

1 Oktober 2025

  • Opening Films & Discussion bersama sutradara Loeloe Hendra, disertai pemutaran tiga film: Onomastika, Lost Wonders, dan Rumah Paku.
  • Diskusi intens mengenai narasi, riset, dan proses kreatif.
  • Sharing Session: Optimalisasi Produksi Film Dokumenter bersama Riandhani Yudha Pamungkas, yang membahas teknis produksi, workflow dokumenter, penggunaan perangkat Hollyland dan Sony, hingga keselamatan kerja di lapangan.

2 Oktober 2025

  • Paparan dari BPK Jawa Barat mengenai Objek Pemajuan Kebudayaan Jawa Barat oleh Retno Raswaty, S.S., M.Hum.
  • Pemutaran film dokumenter dan fiksi pelajar dengan fokus pada etika produksi.
  • Ruang Alumni bersama Biyan Abia (dokumenter), Miracle Ruthio (TVC), dan Izha Fahri (animator), membahas perjalanan karier, portofolio, jejaring, dan etika kerja industri.

Rangkaian ini memperlihatkan bagaimana FFBN memadukan teori, praktik, dan wawasan kebudayaan dalam satu ruang yang intens dan kolaboratif.

Makna FFBN untuk Mahasiswa PSTF UNEJ

Partisipasi Dandy dan Rizal menjadi bukti bahwa mahasiswa PSTF UNEJ mampu berada dalam lingkaran festival bergengsi yang menekankan karya budaya dan etnografi. Keduanya tidak hanya membawa nama kampus, tetapi juga membuka ruang apresiasi bagi isu budaya yang mereka angkat dalam film masing-masing.

Bagi HIMAFISI, kehadiran dua produser dalam nominasi FFBN 2025 adalah pencapaian membanggakan. Ini sekaligus menjadi dorongan bagi mahasiswa lain untuk terus berkarya dan berani mengirimkan film ke festival-festival nasional maupun internasional.

Penutup

FFBN 2025 bukan hanya ajang kompetisi, tetapi juga ruang dialog—selaras dengan tema tahun ini, “Sawalantara”, yang berarti membuka ruang bertukar ide dan memulai percakapan baru tentang keberagaman budaya Indonesia.

Selamat kepada Dandy Ferdyansyah (produser Saulak: Melawan Modernisasi) dan Rizal (produser Udeng) atas pencapaian luar biasa ini. HIMAFISI dan PSTF UNEJ berbangga atas dedikasi dan kerja keras kalian.

Semoga pencapaian ini menjadi langkah awal untuk karya-karya berikutnya.

Salam HIMAFISI: Kreatif, Muda, dan Energik!